Bandung, 17-04-2009
SEJAK saya duduk di bangku SD, saya sudah “kenal” Marissa. Tentu saja Marissa tidak mengenali saya. Sebab, saya hanya penonton misbar di THR (Tempat Hiburan Rakyat) Panjalu, yang setiap malam Minggu memutar film. Itulah satu-satunya hiburan rakyat di Panjalu pada tahun 1980-an. Karcisnya Rp 350,-. Dan untuk mendapatkan uang Rp 350,- itu susahnya bukan main. Akhirnya hampir setiap malam Minggu, saya terpaksa harus “norobos” ke jalan ilegal untuk masuk THR. Atau sekali-kali bersembunyi di kolong panggung sejak jam 17.00 WIB. Soalnya jam segitu, THR masih dibuka, bebas untuk lalu-lalang. Biasanya setelah Magrib, barulah THR ditutup, dan hanya yang bisa membeli karcis yang diperbolehkan masuk THR. Tentu, dikejar-kejar hansip merupakan santapan biasa di malam Minggu.
Salahsatu film yang dibintangi Marisa Haque adalah “Tinggal Landas Buat Kekasih”. Meski usia saya terbilang masih anak ingusan, tetapi saya benar-benar menikmati film tersebut. Bahkan berawal dari nonton film “Tinggal Landas Buat Kekasih”, saya pun mulai bercinta dengan seorang gadis Pabuaran, yang usianya dua tahun lebih tua dari saya. Saat itu, saya masih duduk di bangku SD. Sedangkan pacar saya sudah duduk di bangku SMP… J
Potongan gambar Marissa Haque banyak tertempel di kamar saya. Selain menutupi bilik rumah yang carang, sekaligus saya pun menyukai poto-poto tersebut. Wajar kan, anak-anak suka memajang poto sama artis idolanya. Dulu, saya menyebut namanya dengan “Marissa Hakue”. Tapi kakak saya ngasih tahu, dibacanya cukup “Haq” saja, jangan “Hakue”.
Kini, tahun 2009, saya masih mengenali Marissa Haque, dan sebaliknya Marissa Haque masih belum mengenali saya. Oleh karena itu, ketika saya dipercaya lagi untuk menjadi seksi acara di “Bandung Islamic Book Fair 2009”, saya berniat mengundang Marissa untuk menjadi pembicara pada “Bincang-bincang Santai” (BBS). Saya mencoba membuat BBS menjadi salahsatu tradisi dalam pameran buku di Bandung. Sebelumnya, pembicara BBS di Pesta Buku Bandung adalah Rieke Dyah Pitaloka.
Awalnya saya bingung mencari jalan untuk mengontak Marissa. Saya tahu, Marissa juga adalah caleg DPRRI dari PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Namun saya tidak mau menemuinya pada saat beliau berkampanye, karena saya tidak suka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tentang pencalegannya, saya hanya bisa mendoakan, semoga Marissa lolos ke senayan dan bisa memperjuangkan rakyat Indonesia. Salahsatunya, memperjuangkan bagaimana konsep mendidik anak di usia dini. Saya setuju dengan ide tersebut. Sebab, anak-anak memang harus dididik sejak kecil, untuk membimbingnya menjadi anak baik di usia remaja, dewasa, dan seterusnya. Marissa sendiri pernah menulis cerita anak berjudul Aminah, yang diterbitkan oleh Rosda Karya Bandung, pada tahun 2000.
Alhamdulillah, suatu hari, saya berkomunikasi melalui internet dengan sahabat Andri Hardiansyah, wartawan PJTV. Nah, bermula dari Andri, kemudian saya dihubungan dengan Pak Hari, salahseorang asisten Marisa Haque. Alhamdulillah Pak Hari bersedia menjadi mediator untuk menghubungkan kepada Marisa Haque. Dan pada hari ini, Pak Hari sudah memberi kabar bahwa Mbak Icha (panggilan untuk Marissa) setuju untuk hadir di “Bandung Islamic Book Fair 2009”.
Adapun rencanya Marissa Haque insyaAlloh akan menjadi pembicara pada BBS (Bincang-bincang Santai) bertema “Buku Cerita Anak dan Pendidikan Anak di Usia Dini”, pada hari terakhir “Bandung Islamic Book Fair 2009”, atau 13 Mei 2009, jam 19.00 s.d. 20.00 WIB di area acara “Bandung Islamic Book Fair 2009”, Landmark Convention Hall, Jl. Braga 129, Bandung. Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya alias gratis.
Mohon do’a restunya agar acara bisa berlangsung lancar, untuk kemajuan perbukuan Indonesia, yang tentu sangat berkorelasi dengan pendidikan.***
DHIPA GALUH PURBA
Sumber:
http://galuh-purba.com/marisa-haque-akan-hadir-di-bandung-islamic-book-fair-2009/
Monday, 15 June 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment