Oleh : M. Aji Surya, Deplu, New Zealand
Memanfaatkan jaringan lama
Orangnya supel, ramah dan banyak senyum, alias gaul abis. Begitu kesan pertama yang sering muncul saat bertemu Amris Hassan, Duta Besar RI untuk Selandia Baru. Selain suka ngejoke dengan bahasa Inggrisnya yang casciscus, ia pandai membagi waktu untuk menyambangi siapa saja yang pernah dikenalnya. Tidak heran, setahun duduk di kursi Dubes di Wellington, kawannya sudah seabreg. Mereka adalah pejabat eksekutif maupun parlemen. ”Pak Dubes kemana-mana sudah jalan sendiri,” aku Hermono, staf senior bidang politik KBRI.
Memang, menghadapi pekerjaan tipikal diplomasi bukan barang baru bagi sang Dubes. Kegiatan negosiasi, tarik ulur dan take and give menjadi makanan harian semasa menjadi politisi papan atas salah satu partai terbesar di Indonesia. Selain itu, sebagai politisi, iapun wajib membina hubungan baik dengan konstituen maupun para pejabat. Tidak kurang, banyak menteri menjadi karibnya. Berbekal pengalamannya itu, Amris Hassan merasa tidak berat manakala harus berubah haluan menjadi seorang diplomat.
Bulan-bulan pertama, stafnya masih sibuk mengatur perkenalan dengan berbagai pejabat setempat, setelah itu semuanya dilakukan sendiri. Masalahpun menjadi ringan karena jaringan lamanya masih eksis. ”Kalau perlu, saya biasa angkat telepon dengan beberapa pejabat tinggi pemerintah di Jakarta yang pernah menjadi rekan dan mitra di DPR agar keputusan bisa diambil lebih cepat,” ujar putra mantan Mendikbud Fuad Hassan.
Di sisi lain, pria yang mengendalikan usahanya dari jarak jauh ini mengaku perlu adaptasi dengan masalah birokrasi. Meski kini sudah biasa, namun saat mulai dirasakan cukup berat. ”Saya dulu memang tidak biasa menghadapi tumpukan kertas yang butuh disposisi dan tanda tangan. Walapun begitu, ini semua kan dinamika hidup, sehingga saya jalani dengan sepenuh hati,” ujarnya sambil terkekeh.
Sumber: www.aksesdeplu.com
Sunday, 23 August 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment