Subhan, Nopiyanti
Senin, 13/04/2009 12:37 WIB
Jakarta, Pelantun lagu Preman, Ikang Fawzi yang mencalonkan diri sebagai anggota legistatif DPR RI dari PAN dapil Banten I yang meliputi Kabupaten Lebak dan Pandeglang mengaku unggul di 25 Kecamatan. Dari hasil tersebut, membuat Ikang optimis melangkah ke Senayan.
“Dengan data-data itu, Insya Allah saya bisa melenggang ke Senayan,” ujar Ikang saat beritabaru.com hubungi, Senin (13/4). Ikang menyatakan, selain unggul di 25 kecamatan. Ia juga unggul di TPSnya yang terdapat 150 pemilih. Bahkan, menang mutlak.
Dari 150 pemilih, ia mendapat 48 suara. Sementara di Lebak, ucap Ikang, suaranya fluktuatif seperti di salah satu TPS. Disana, imbuh Ikang, ada 400 pemilih. Ia, mendapat 300 suara. Menurut Ikang, ia memperoleh data-data tersebut dari relawannya yang berjumlah 500 orang dan tersebar di seluruh TPS.
Mereka, mendata, memantau dan melihat hasil pencontrengan. “Mereka juga melaporkan kejadian-kejadian yang ada. Berdasarkan laporan, terjadi kecurangan-kecurangan seperti money politic. Indikasinya, ada pembagian uang sebesar Rp 30-50 ribu,” ungkap Ikang menjelaskan.
Beruntung, lanjutnya, tak berdampak signifikan terhadap perolehan suara yang diraihnya. Meski demikian, ucap Ikang, walau dirinya unggul dalam perolehan suara ia tak ingin sesumbar. Sebab, dengan kemenangan Demokrat mempengaruhi bilangan pembagi pemilih (BPP). Pria yang berada di nomor urut satu dari PAN ini menuturkan, di dapilnya PAN mencalonkan enam orang.
Kursi yang tersedia di dapil Banten I ini, ada enam. Periode sebelumnya, PAN mendapatkan dua kursi. Kursi berasal dari dapil Serang dan Cilegon. Berhubung ada pemekaran, membuat Ikang ditempatkan di Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
Menurut Ikang, di dapil ini DPP PAN menargetkan dua kursi. “Ini agak berat juga, karena daerah kering. Insya Allah, saya optimis,” jelas Ikang seraya menegaskan ia tak bersaing dengan sesama artis di dapil tersebut. Di dapil itu, terdapat dua artis. Yakni, Jane Shalimar dan Deddy Gumelar (Miing Bagito).
Menurut suami Marisa Haque ini, persaingan sesama artis tak ada. Melainkan, ia berhadapan dengan caleg-caleg yang menggunakan uang untuk meraih suara. Ikang menuturkan, jika nantinya ia tak terpilih, akan tetap bernyanyi, kembali ke pekerjaannya sebagai developer serta ingin berbuat sesuatu terhadap dapilnya.
Pengabdian terhadap dapilnya, ia lakukan dengan membentuk sebuah LSM. Pasalnya, kata ayah dua anak ini, karena Banten tak diurus, miskin dan masih terdapat busung lapar sehingga tak ada kemajuan di Banten.
Tak menutup kemungkinan, imbuh Ikang, dengan profesinya sebagai developer ia akan membangun Banten dengan cara lebih intensif mendirikan bangunan-bangunan.
“Adanya pembanguan, sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Plus, menyerap tenaga kerja,” tandasnya meyakinkan.
Read more!
Wednesday, 29 April 2009
Tuesday, 28 April 2009
Shahnaz Haque si Golput Dukung Marissa & Ikang
Subhan, Nopiyanti
Jumat, 17/04/2009 15:36 WIB
Jakarta, beritabaru.com - Menjadi golongan putih (golput) adalah pilihan Shahnaz Haque dalam pemilu 2009 ini. Namun, bicara dukungan, istri drummer Gilang Ramadhan tetap memiliki. Siapa lagi kalau bukan buat sang kakak Marissa Haque dan Ikang Fawzi yang menjadi calon legistatif. “Tentu dong sebagai keluarga, kami mendukung dan menghargai pilihan masing-masing,” ujar Shahnaz saat dihubungi beritabaru.com di Jakarta Jumat (17/4).
Sementara ketika ditanya kenapa dirinya memilih untuk golput, Shahnaz berucap diplomatis dengan mengatakan terlalu banyak yang harus dibahas untuk itu. “Kalau mengenai alasan saya golput, bisa dua jam lebih saya menceritakannya,” ucap Shahnaz.
Ia mengaku menjadi golput karena beberapa alasan. Antara lain, masalah kredibilitas orang, partai dan uang yang terlalu banyak digunakan untuk kepentingan tak berguna.
Padahal, terangnya, uang pembuatan kaos dan bendera yang nilainya mencapai milliaran dapat dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan bermanfaat seperti membangun infrastruktur, sekolah serta penyembuhan orang-orang di Rumah Sakit.
“Nah, ini lebih penting dari segalanya ketimbang pembuatan kaos dan bendera-bendera,” ucapnya bijak.
Walau begitu, Shahnaz berharap dengan pilihan kakak dan iparnya yang terjun ke politik bisa memperbaiki bangsa ini. Sementara ia, melalui jalur lain. Ibu tiga anak ini menyatakan dengan kerja sebagai salah satu penyiar radio (Delta FM) dirinya sudah merasa terlibat banyak untuk membantu sesama dan terus berkarya.
Di sana, ia siaran dari Senin hingga Jumat selama empat jam. Suaranya, dipancarkan ke 22 kota di Indonesia. Dengan cara tersebut ia merasa banyak menyalurkan inspirasi dan ilmu kepada audience.
Terkait pilihannya yang menjadi golput, keluarga maupun sang kakak sangat menghargainya. Terbukti, terang Shahnaz, ketika Marissa Haque dan Ikang Fawzi berkampanye ke dapil masing-masing tak mengikutsertakan dirinya sebagai pendulang suara. Sebab, kakak dan iparnya mengerti. Ditambah lagi, mereka mengetahui kalau dirinya pasti tak mau terlibat.
Ia memaparkan, selama Marissa menjadi calon anggota legistatif. Marisa tak pernah curhat kepadanya. Hal ini dikarenakan masing-masing dari mereka menyadari mana yang perlu di share dan mana yang tidak.
“Kalau, mengenai pilihan hidup dan pilihan politik dapat diselesaikan sendiri. Namun, mengenai kehidupan yang berkaitan dengan kekeluargaan bisa di share,” ucapnya sembari mengatakan jika nantinya sang kakak dan iparnya terpilih, ia berharap keduanya tetap menjadi orang-orang yang amanah dan terpercaya.
Read more!
Tuesday, 14 April 2009
Caleg Artis Dulang Suara, Bersaing Ketat dengan Politikus
Source : pemilu.detiknews.com
Strategi memasang artis sebagai vote getter partai benar-benar jitu. Beberapa artis yang dipasang parpol memperoleh suara terbanyak nomor 1 atau 2, berkejar-kejaran dengan politikus.
Di situs tnp.kpu.go.id, hingga Senin (13/4/2009) pukul 16.00 WIB membuktikan hal itu.
Sebut saja para caleg artis dari Partai Amanat Nasional (PAN). Ikang Fawzi dengan nama aslinya Ahmad Zulfikar Fawzi bertengger di nomor urut 1 dapil Banten 1 dengan suara 180.
Hal yang sama dialami artis sinetron Raslinna Rasidin di dapil DKI Jakarta III, bertengger di nomor urut I dengan suara 190. Pelawak Eko Patrio pun seakan tak mau kalah, dia meraja di dapil Jatim VIII dengan suara 53.
Primus Yustisio setali dua uang. Dengan menggaet suara 4.405, dia menguasai dapil Jabar IX. Ada pula Derry Drajat di dapil Jabar II yang mendapatkan peringkat 2 terbanyak. Kadang kala perolehan suara caleg artis itu berkejar-kejaran dengan politikus. Pelawak Mandra mendapatkan posisi nomor 2 dari PAN dapil DKI I dengan 633, di bawah Ketua DPW PAN DKI Andi Anzhar Cakrawijaya yang memperoleh suara 1.051.
Lalu ada Nurul Arifin, caleg Golkar dari dapil Jabar VII, mendapatkan peringkat 1 dengan 4.848 suara. Sementara di bawahnya ada Ade Komarudin yang juga masih menjadi anggota DPR, dengan 2.493 suara.
Dari Partai Demokrat (PD), ada mantan Putri Indonesia Vena Melinda dari dapil Jatim V berada di nomor urut 2 dengan 1.926 suara. Kendati terpaut jauh, Vena mengekor Ketua DPP PD Anas Urbaningrum yang mendapat 18.629 suara.
Malah dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) artis Rieke Dyah Pitaloka mengalahkan Ketua Dewan Penasihat PDIP Taufiq Kiemas. Sama-sama bersaing di dapil Jabar II, Rieke memperoleh 1.737 suara, sementara Taufiq berada di urutan berikutnya dengan 997 suara.
Read more!
Strategi memasang artis sebagai vote getter partai benar-benar jitu. Beberapa artis yang dipasang parpol memperoleh suara terbanyak nomor 1 atau 2, berkejar-kejaran dengan politikus.
Di situs tnp.kpu.go.id, hingga Senin (13/4/2009) pukul 16.00 WIB membuktikan hal itu.
Sebut saja para caleg artis dari Partai Amanat Nasional (PAN). Ikang Fawzi dengan nama aslinya Ahmad Zulfikar Fawzi bertengger di nomor urut 1 dapil Banten 1 dengan suara 180.
Hal yang sama dialami artis sinetron Raslinna Rasidin di dapil DKI Jakarta III, bertengger di nomor urut I dengan suara 190. Pelawak Eko Patrio pun seakan tak mau kalah, dia meraja di dapil Jatim VIII dengan suara 53.
Primus Yustisio setali dua uang. Dengan menggaet suara 4.405, dia menguasai dapil Jabar IX. Ada pula Derry Drajat di dapil Jabar II yang mendapatkan peringkat 2 terbanyak. Kadang kala perolehan suara caleg artis itu berkejar-kejaran dengan politikus. Pelawak Mandra mendapatkan posisi nomor 2 dari PAN dapil DKI I dengan 633, di bawah Ketua DPW PAN DKI Andi Anzhar Cakrawijaya yang memperoleh suara 1.051.
Lalu ada Nurul Arifin, caleg Golkar dari dapil Jabar VII, mendapatkan peringkat 1 dengan 4.848 suara. Sementara di bawahnya ada Ade Komarudin yang juga masih menjadi anggota DPR, dengan 2.493 suara.
Dari Partai Demokrat (PD), ada mantan Putri Indonesia Vena Melinda dari dapil Jatim V berada di nomor urut 2 dengan 1.926 suara. Kendati terpaut jauh, Vena mengekor Ketua DPP PD Anas Urbaningrum yang mendapat 18.629 suara.
Malah dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) artis Rieke Dyah Pitaloka mengalahkan Ketua Dewan Penasihat PDIP Taufiq Kiemas. Sama-sama bersaing di dapil Jabar II, Rieke memperoleh 1.737 suara, sementara Taufiq berada di urutan berikutnya dengan 997 suara.
Read more!
Tuesday, 7 April 2009
Ikang Fawzi & Marissa Haque: Caleg Pasutri yang Beda Parpol
www.jawapos.com
Poster, spanduk, dan baliho cantik memikat milik Marissa Haque tersebar di daerah pemilihan Jabar I (Kota Bandung dan Kota Cimahi), sebagai kader PPP yang menajdi Caleg PPP ia maju dari dapil Jabar I. Hal yang sama juga dilakukan suami Marissa, Ikang Fawzi yang maju dengan ‘baju’ PAN dari daerah pemilihan Banten I (Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang).
‘Kami mengonsep (media kampanye, Red) itu sama-sama lho,’ ungkap Marissa kepada Jawa Pos kemarin (8/3). Bahkan, lanjut dia, tempat produksi media kampanye yang telah dikonsep berdua tersebut juga sama.
Meski beda partai, kata Marissa, dirinya dan suami berusaha selalu bekerja sama untuk pemenangan satu dengan yang lain. Marissa mengaku juga turut mendorong agar Ikang lolos terpilih sebagai anggota DPR. ‘Begitupun Ikang, dia juga banyak bantu saya,’ ujar artis pada era 1980-an itu.
Misalnya, ungkap Marissa, didapatnya informasi hasil survei yang dilakukan partai suaminya (PAN) tentang potensi caleg per dapil. Data tersebut, menurut dia, sangat membantu karena telah memetakan potensi kekuatan caleg di dapil masing-masing. Temasuk peta popularitas caleg di dapil tempat Marissa berada. ‘Di sana, alhamdulillah, saya disebut paling populis di antara caleg-caleg yang ada,’ ujar caleg nomor dua DPR dari PPP tersebut.
Marissa bahkan mengaku bahwa dirinya membantu suaminya membuka pintu konstiuen di Banten. ‘Saya bantu tunjukkan simpul-simpul massa di Banten,’ ujar politisi yang sempat menikmati sebentar kursi Senayan melalui PDI Perjuangan pada 2004-2006 itu.
Sebagai mantan cawagub Banten, jaringan massa Marissa Haque tersebar diseluruh daerah tersebut yang sejujurnya memang tidak boleh dikatakan kecil. Meski pada akhirnya untuk sementara gagal terpilih, selisih suara dengan pemenang pilgub Ratu Atut Chosiyah sebenarnya tidak terlalu lebar. ‘Kami tetap bekerja sama memenangkan masing-masing di antara kami karena sebenarnya tujuan kami maju juga sama,’ ujarnya.
Sebelum maju di pilgub Banten, karir politik Marissa dimulai ketika bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Pemilu 2004. Saat itu dia terpilih sebagai anggota dewan. Namun, belum sampai selesai, Marissa di-recall dari Senayan setelah memutuskan maju dalam pilkada Banten. Marissa dinilai melawan partai karena bersama Zulkiflimansyah maju dengan kendaraan PKS dan PSI karena merasa tidak bersedia dipaksa berkolaborasi dengan kejahatan semisal dugaan korupsi atas laporan BPKP atas Provinsi Banten tahun 2005-2006 dan dugaan atas penggunaan ijazah paslu oleh Ratu Atut Chosiyah disaat mengikuti Pilkada Banten 2006 lalu.
Komitmen kerja sama di antaara caleg pasutri beda partai itu ditegaskan juga oleh Ikang. Dia meyakinkan bahwa keharmonisan keluarganya tidak terkoyak sama sekali hanya karena beda partai.
Bahkan, dia mengibaratkan, rumah tangga mereka seperti rumah tangga Gubernur California, Amerika Serikat, Arnold Schwarzenegger yang juga berbeda partai dengan istrinya.
‘Justru saya bangga karena beda partai. Sebab, kalau satu partai, kan akan mengesankan kemaruk karena tidak memberikan kesempatan kepada orang lain,’ kelitnya.
Rocker 1980-an itu juga berusaha meyakinkan, menjadi caleg dari partai yang berbeda sebenarnya lebih efektif. Tujuan memperjuangkan amanat rakyat akan lebih mudah karena sudah satu visi. Kemungkinannya akan lebih besar kalau berjuang dengan banyak kendaraan.
‘Ibaratnya, kalau kita menembak satu sasaran, bukannya lebih baik ketika senapan yang digunakan itu dua,’ kata pria kelahiran 23 Oktober 1959 tersebut.
Bagaimana suka dukanya pasutri menjadi caleg? Pria bernama asli Ahmad Zulfikar Fawzi itu mengatakan, yang paling terganggu adalah masalah keuangan dapur karena keduanya membutuhkan dana politik yang besar. ‘Dana yang harus dikeluarkan, baik itu untuk akomodasi, konsolidasi, maupun dana kampanye, otomatis juga dua kali lipat,’ kata Ikang, lantas terkekeh. Toh dia merasa tak kecewa. Ikang bahkan mengaku senang dalam berpolitik. Dia mengatakan, dirinya mulai akrab dengan politik sejak pertengahan 1997. Dia menceritakan, ketika itu diminta oleh tokoh reformasi Amien Rais untuk mengumpulkann sejumlah artis.
Read more!
Poster, spanduk, dan baliho cantik memikat milik Marissa Haque tersebar di daerah pemilihan Jabar I (Kota Bandung dan Kota Cimahi), sebagai kader PPP yang menajdi Caleg PPP ia maju dari dapil Jabar I. Hal yang sama juga dilakukan suami Marissa, Ikang Fawzi yang maju dengan ‘baju’ PAN dari daerah pemilihan Banten I (Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang).
‘Kami mengonsep (media kampanye, Red) itu sama-sama lho,’ ungkap Marissa kepada Jawa Pos kemarin (8/3). Bahkan, lanjut dia, tempat produksi media kampanye yang telah dikonsep berdua tersebut juga sama.
Meski beda partai, kata Marissa, dirinya dan suami berusaha selalu bekerja sama untuk pemenangan satu dengan yang lain. Marissa mengaku juga turut mendorong agar Ikang lolos terpilih sebagai anggota DPR. ‘Begitupun Ikang, dia juga banyak bantu saya,’ ujar artis pada era 1980-an itu.
Misalnya, ungkap Marissa, didapatnya informasi hasil survei yang dilakukan partai suaminya (PAN) tentang potensi caleg per dapil. Data tersebut, menurut dia, sangat membantu karena telah memetakan potensi kekuatan caleg di dapil masing-masing. Temasuk peta popularitas caleg di dapil tempat Marissa berada. ‘Di sana, alhamdulillah, saya disebut paling populis di antara caleg-caleg yang ada,’ ujar caleg nomor dua DPR dari PPP tersebut.
Marissa bahkan mengaku bahwa dirinya membantu suaminya membuka pintu konstiuen di Banten. ‘Saya bantu tunjukkan simpul-simpul massa di Banten,’ ujar politisi yang sempat menikmati sebentar kursi Senayan melalui PDI Perjuangan pada 2004-2006 itu.
Sebagai mantan cawagub Banten, jaringan massa Marissa Haque tersebar diseluruh daerah tersebut yang sejujurnya memang tidak boleh dikatakan kecil. Meski pada akhirnya untuk sementara gagal terpilih, selisih suara dengan pemenang pilgub Ratu Atut Chosiyah sebenarnya tidak terlalu lebar. ‘Kami tetap bekerja sama memenangkan masing-masing di antara kami karena sebenarnya tujuan kami maju juga sama,’ ujarnya.
Sebelum maju di pilgub Banten, karir politik Marissa dimulai ketika bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Pemilu 2004. Saat itu dia terpilih sebagai anggota dewan. Namun, belum sampai selesai, Marissa di-recall dari Senayan setelah memutuskan maju dalam pilkada Banten. Marissa dinilai melawan partai karena bersama Zulkiflimansyah maju dengan kendaraan PKS dan PSI karena merasa tidak bersedia dipaksa berkolaborasi dengan kejahatan semisal dugaan korupsi atas laporan BPKP atas Provinsi Banten tahun 2005-2006 dan dugaan atas penggunaan ijazah paslu oleh Ratu Atut Chosiyah disaat mengikuti Pilkada Banten 2006 lalu.
Komitmen kerja sama di antaara caleg pasutri beda partai itu ditegaskan juga oleh Ikang. Dia meyakinkan bahwa keharmonisan keluarganya tidak terkoyak sama sekali hanya karena beda partai.
Bahkan, dia mengibaratkan, rumah tangga mereka seperti rumah tangga Gubernur California, Amerika Serikat, Arnold Schwarzenegger yang juga berbeda partai dengan istrinya.
‘Justru saya bangga karena beda partai. Sebab, kalau satu partai, kan akan mengesankan kemaruk karena tidak memberikan kesempatan kepada orang lain,’ kelitnya.
Rocker 1980-an itu juga berusaha meyakinkan, menjadi caleg dari partai yang berbeda sebenarnya lebih efektif. Tujuan memperjuangkan amanat rakyat akan lebih mudah karena sudah satu visi. Kemungkinannya akan lebih besar kalau berjuang dengan banyak kendaraan.
‘Ibaratnya, kalau kita menembak satu sasaran, bukannya lebih baik ketika senapan yang digunakan itu dua,’ kata pria kelahiran 23 Oktober 1959 tersebut.
Bagaimana suka dukanya pasutri menjadi caleg? Pria bernama asli Ahmad Zulfikar Fawzi itu mengatakan, yang paling terganggu adalah masalah keuangan dapur karena keduanya membutuhkan dana politik yang besar. ‘Dana yang harus dikeluarkan, baik itu untuk akomodasi, konsolidasi, maupun dana kampanye, otomatis juga dua kali lipat,’ kata Ikang, lantas terkekeh. Toh dia merasa tak kecewa. Ikang bahkan mengaku senang dalam berpolitik. Dia mengatakan, dirinya mulai akrab dengan politik sejak pertengahan 1997. Dia menceritakan, ketika itu diminta oleh tokoh reformasi Amien Rais untuk mengumpulkann sejumlah artis.
Read more!
Subscribe to:
Posts (Atom)